Gayo menurutku adalah daerah berparas ayu berselimut hangat mentari , diperindah suguhan asri bertajuk alam, di kelilingi bukit bebatuan dan tanah yang subur berikan kehidupan , di apit berkeliling akar pohon kopi yang masih tertidur di musim ini, rerimbun pasukan pinus berkawan sejarah tua menyatu, membentuk apresiasi bagai sebuah harmonisasi dalam musik canang dan teganing. Gemuruh angin kencang yang acap kali keterlaluan menyapu wajah gayo, dan gumpalan kabut menyelimutinya, namun karena itu semua menjadikan tempat ini memiliki satu gairah tersendiri.
Angkasa yang menyelimuti Gayo, memiliki nuansa warna nilakandi atau lebih akrab di sebut langit lazuardi (Un Ciel d’azur), warna kebiruan nan pekat, memayungi barisan batu cadas yang berjejer anggun di kiri kanan laut tawar seluas mata memandang, seolah menghadirkan irama akustik, menciptakan elegi, mengajak kesunyian bangkit berbisik, mengatur nada nada, kemudian menari bahkan berdansa dengan kumpulan ikan depik didalamnya, barangkali begitulah definisi janji desir angin yang bertiup kencang dari timur Bintang kepada bisu pepohonan di sebelah barat Pantan Terong sana, di siang hari ini, dari balik kaca jendala bola mataku sayu berpendar, mobil yang kutumpangi terus membelah jalan Jakarta yang padat nan menyesakkan, sementara diriku tertawan dalam rindu satu ketika kita bertemu di Buntul Kubu, memandang dengan jernih ke aliran peusangan dan semoga dapat hanyutkan semua hasrat dan berharap asa yang baru.
Laksana sebuah anjangsana berpagar semesta, atas nama rasa kagum dan jiwa yang bergelora, kudedikasikan tulisan ini bagi atap bumi yang mengilhami naluriku berbincang, denyut jantung terus berpacu, dalam hati diam diam nelangsa, luruh dibuai asa, dan sirnalah segenap keangkuhan. Dataran Tinggi Gayo kapan lagi kita akan kembali untuk bertemu dan mengagumimu.
Apa pendapat anda tentang Gayo, mirip atau samakah dengan pendapat saya? Anda yang berasal dari daerah ini, atau anda yang pernah berkunjung ke Dataran Tinggi Gayo…. Berikan Komentar anda. /..*Irwantra